Enggak Nyangka!?
karya: halub
Sesuatu yang gak bisa diterka, kadang bikin gembira, juga kecewa. Mau kecewa atau gembira. Masalahnya kembali lagi ke pribadi masing-masing. Banyak, ada banyak sekali hal-hal datang tiba-tiba, eh ternyata bikin gembira dan bahagia.
Tak terduga. Sering juga disalah artikan sehingga menjadi sesuatu yang dibenci akhirnya. Padahal kan, manusia memang tak banyak kuasa, tak banyak bisa atas apa yang sudah ditetapkan terjadi di "kehidupannya".
Menolak atau melawan arus, mungkin itu cara membahasakannya. Sesuatu yang melawan arus bukan mendatangkan hal-hal yang "luar biasa", yang ada malah binasa! Kecuali yang kuat, tapi emang benar ada, ada yang bisa dan kuat, kalau pun ada, mungkin hanya beberapa.
Pikiran Saltab masih terngiang-ngiang, "ke mana Ibunya 'Lekej!?' atau jangan-jangan..." Saltab takut menduga-duga lebih jauh lagi. Nanti yang ada melenceng jauh dari realita yang ada, itu malah bahaya dan jadi bumerang bagi diri Saltab nantinya.
Kehidupan ini, jauh, jauh, sangat jauh dari teori matematika. Mungkin karena tak suka atau tak bisa, jadi menyandingkan ketidaksukaan dengan ketidaksukaan lagi, mines tambah mines sama dengan plus!?
Kegilaan tanpa tepi. Bagi sebuah diri yang mencinta diri untuk sesosok hewan terpelihara dalam raga dan jiwa. Menjunjung tinggi norma, hanya di mulut, tulisan, status dan nama belaka. Realitanya, "ENGGAK NYANGKA!"
Langkah Saltab terhuyung ke kanan, sesekali ke kiri, terkadang menyentuh tembok-tembok bangunan yang memadati jalan sepi tanpa pemandu dan panduan. Percaya akan diri sendiri, banyak yang mengklaimnya sesat, hanya hitungan jari yang menyebutnya "waras". Ironi dan penuh kenikmatan.
Ingin menanyakan tentang lowongan atau sekedar kerja serabutan, tapi malu. Dengan segenap rasa lapar dan tanda keperkasaan seorang pria, dia memaksa dirinya mendatangi salah satu dari sekian banyak ruko yang ada.
Tertulis, "Warung Bakso Gak Bohong", nama itu langsung menarik perhatian Saltab, juga sekaligus mendatangkan "keberanian" yang cukup signifikan, seakan perasaan "malu" untuk sekedar bertanya lowongan kerja lesap begitu saja.
'trek, trek, trek.'
Saltab menaiki anak tangga yang tak terlalu banyak sebelum mencapai ruko itu.
Terlihat seseorang menyembulkan kepalanya lalu melihat ke arahnya dan segera menarik kembali kepalanya. Saltab mengira, "mungkin dia akan melaporkan kedatangan ini ke bos-nya?"
Hanya harapan yang masih membuat kaki melangkah walau terjerembab beberapa kali di kubangan lumpur keputusasaan.
Tatapan orang itu membuat ragu dan canggung bagi Saltab, tatapan itu baginya seperti "pengusiran" halus. Lambat dia melangkah seolah tak kuat lagi menapaki jalan terjal petualangan tanpa teman.
Benarkah, teman dalam perjuangan itu ada. Ataukah hanya ilusi dan khayalan tanpa batas. Sepertinya, hanya "angan-angan kosong" dan "pernyataan penuh paksaan" kalau teman dalam perjuangan itu ada.
Mulai lagi ombak ilusi memerangi benak Saltab. Desa Nauba terasa berat, lebih berat dari Desa-desa sebelumnya, lebih-lebih ketika Bapak penjual mie ayam memberi tahu, "kalau Desa Nauba mayoritas penganut gengsi yang mendarah daging."
Hanya mementingkan apa kata orang. Ketimbang apa kata kemampuan dan apa yang telah digariskan. Orang punya produk baru. Diri pun merasa terpanggil untuk memiliki dan itu HARUS! Seolah kehinaan di pelupuk matanya jika tak mengikuti apa yang orang lain punya, sebuah kerendahan jika tidak memiliki apa yang dimiliki orang lain, MENGAGUMKAN!
Es batu akan mencair, itu pasti, kapan pun itu. Batu yang keras akan lapuk dan rapuh termakan waktu. Manusia akan tua dan belasungkawa. Pakaian akan lusuh dan tak akan lagi dibasuh di tempat biasa.
Datang untuk pergi, datang pun untuk menghilang. Sehebat apa pun lingkungannya, sebaik apa pun habitatnya, kalau pribadinya jauh dari keterkaitan kepadaNya, ya tetap bebal dan bobrok terus. Psikis dan mental sekarang barang mahal dan langka, terkadang gak ada harganya karena saking nadir bin mustahilnya. Menyemai tomat di ladang jagung.
Orang yang tadi menyembulkan kepalanya untuk menengok ke arah Saltab telah kembali lagi ke tempatnya.
'khkh, khkh, khkh,'
Suara serak dites berulang-ulang oleh Saltab. Tenggorokannya dipenuhi lendir, mungkin karena iklim Desa Nauba yang dipenuhi dengan debu-debu gengsi, hingga tenggorokan pun hampir terprovokasi untuk ikut-ikutan gengsi.
Orang yang duduk itu jadi melirik lagi ke Saltab untuk ketiga kalinya sebelum Saltab sampai di hadapannya, lantaran Saltab sengaja melambatkan langkah kakinya, di tiap anak tangga ada jedanya, jeda yang aneh, dan, sepertinya jarang dilakukan kebanyakan orang pada umumnya.
Saat ini Saltab tinggal satu anak tangga lagi untuk mencapai depan ruko "Warung Bakso Gak Bohong". Kepalanya sengaja ditundukkan supaya dikira benar-benar pengelana yang kehabisan bekal atau semisalnya.
"Gue harus siap dan lebih dari siap untuk ditolak!" Saltab mode serius tingkat dua. Sekarang kepala digerakkan perlahan, hingga tertopang sejajar dengan pandangan rata-rata air. Seorang wanita penjaga sedang menunggu di depan sambil duduk.
Mata Saltab berbinar-binar, "benar-benar gak nyangka, ada mutiara di area polusi gengsi Desa Nauba!" Suasana hati berganti spontan seiring selayang pandangan.
'DEBB!'
Terasa seperti ada yang menembaknya dari punggung bagian kiri. Saltab ingin menoleh ke belakang! Tapi pandangannya sudah tak fokus, semua terlihat seperti bayang-bayang hitam putih. "Bang!" Samar-samar teriakan itu terdengar dari ruko "Warung Bakso Gak Bohong".
'D L E G E B !'
Saltab TERJATUH!
Bersamaan dengan jatuhnya Saltab ke tanah, seorang pria bertopi caping melompat dari dalam ruko "Warung Bakso Gak Bohong".
"Keluar juga raja bakso! Ngapain lu sok-sok-an!" Kata seseorang yang bertolak pinggang di bawah tangga yang telah dipanjat Saltab. Orang itu berbaju kaus lengan panjang yang dipenuhi sablon mie di seluruh kaus lengan panjangnya.
"Heh! Mie gila! Sampai kapan pun! Gue gak akan pernah pakai mie! Di dagangan bakso gue!" Sambil menghunuskan sendok kayu bakso ukuran raksasa! "Iri lu ya sama ruko gue yang selalu sepi!" Lanjut si pria bertopi caping.
"Beog bego beog bego, lu yang mana bego atau bego!? Hah, hahahahahahhahahahaha! Elu yang gila kebanyakan minum obat dasar sarap!" Balas si pria berkaus lengan panjang yang bersablon mie di seluruh kausnya.
'DRAP! WHUUUUUSSS!'
Pria bertopi caping melompat ke arah pria kaus lengan panjang bersablon mie di sekujur kausnya. Pria berkaus panjang bersiap dengan agak terkejut dengan gerakan bos bakso. Pukulan sendok bakso raksasa pun sudah siap di depan menerkam si pria bersablon kaus mie.
'SZRRRRUUUUUPPH!'
Geser kaki pria berkaus lengan panjang bersablon mie dengan kecepatan yang juga tak kalah saing. Pria bercaping mengayunkan sendok kayu raksasanya ke arah kepala pria berkaus sablon mie.
Ketika hampir mengenai kepalanya, dia langsung menunduk dan maju ke arah pria bercaping dengan kecepatan yang luar biasa! Pria bercaping agak terpana dengan serangan tak terduganya.
***
RTD. 24 Okt 2021
halub©
halub dari Pamulang