Ngomongin soal perasaan, nggak bakalan ada habisnya deh! Sama seperti ngomongin kehidupan Us, pasti nggak bakalan ada habisnya. Yuk ngobrol sana-sini bareng sokasik lagi! Nggak kerasa yaa beberapa hari lagi udah mau puasa Ramadhan. Bulan penuh berkah yang sering ditunggu kedatangannya oleh semua orang muslim. Banyak doa yang mungkin sebagian orang sisipkan di sela kegiatan pada bulan Ramadhan. Mengingat doa di Ramadhan tahun lalu, sungguh kalau diingat-ingat lagi rasanya pengen senyum sendiri. Alhamdulillah, sampai saat ini doa itu masih belum dikabulkan. Mungkin aku masih diminta untuk sedikit bersabar lagi. Semoga tahun ini ada hadiah kecil dari doa yang aku selalu pinta pada tahun sebelumnya. Doa tahun lalu sekaligus tahun-tahun sebelumnya.
Oh yaa, karena di awal sudah sedikit menyinggung soal perasaan, ada baiknya sokasik kali ini akan membahas tentang perasaan. Mungkin sedikit mendeskripsikan perasaan dari sudut pandang perempuan yang sudah bekerja. Maaf mungkin bukan hanya yang sudah bekerja, belum bekerja juga akan merasakan hal yang sama. Akan tetapi presentase perasaan perempuan yang sudah bekerja lebih banyak tekanan daripada yang belum. Kalau ada seseorang yang bertanya untuk apa sih perempuan bekerja? Bekerja “ngoyo” banget. Perempuan juga kalau sudah menikah tugasnya mengurus dapur.
Kali ini membahas tentang jawaban dari beberapa pertanyaan tersebut. Sebelum melangkah lebih jauh. Aku pribadi menyarankan kepada siapapun itu, mohon untuk tidak menanyakan hal yang menurutku terlalu sensitif untuk ditanyakan. Kita tidak akan pernah tahu betapa hancurnya atau bahagianya seorang perempuan yang diberikan pertanyaan tentang semua itu. Di sini mewakili beberapa perempuan yang sudah bekerja mungkin juga sefrekuensi dengan saya untuk membantu menjabarkan jawabanya.
Pertama, perihal perempuan bekerja. Entah kenapa mendadak mood menjadi turun ketika ada pertanyaan seperti itu. Perempuan memilih bekerja itu bukan asal, tetap jauh- jauh hari sudah memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Bagi laki – laki yang memutuskan untuk tidak memilih menikah dengan perempuan yang telah bekerja, itu murni adalah hak kalian. Kalau aku sendiri mencoba untuk memberikan sedikit pertimbangan. Perempuan bekerja juga pantas kok untuk dipilih.
Sekeras apapun perempuan bekerja sebelum menikah, tetap setelah menikah tidak akan pernah melupakan kewajibanya sebagai isteri. Percayalah. Akan mulai mempertimbangkan apapun, termasuk memilih mendapatkan pekerjaan yang tidak melebihi jam pulang kerja suami. Mementingkan mengurus keluarga terlebih dahulu sebelum bekerja. Tetap melakukan kewajiban isteri termasuk memasak. Kenapa ? Memasak ini terkadang sering menjadi pemicu pertikaian. Mencuci dan membersihkan rumah juga tidak terlewatkan. Kalau suatu saat isteri kesal karena terlalu repot dan capek. Aku pikir semua perempuan bekerja sudah memperhitungkan semua konsekuensinya.
Kedua, jadi perempuan kok “ngoyo” dalam bekerja. Hello, yuk sebelum ngomong itu lihat dulu alasan kenapa perempuan itu ngoyo dalam bekerja. Mungkin kedisplinan dan rasa tanggungjawabnya tinggi sehingga terlihat ngoyo. Padahal aslinya hanya ingin bekerja secara maksimal memberikan yang terbaik. Bisa juga mungkin kebutuhanya banyak, tidak hanya untuk kebutuhan diri sendiri juga. Atau tetap bekerja untuk berjaga – jaga supaya tidak merepotkan suami ketika orangtua membutuhkan bantuan. Sebab, seorang suami juga mempunyai tanggung jawab atas keluarganya sendiri. Surga suami ada pada ibu. Sedangkan surga isteri ada pada suami. Mau bagaimanapun isteri harus bisa paham ketika suami lebih memetingkan ibunya. Begitulah sedikit gambaran kenapa perempuan seringkali ingin tetap bekerja meskipun sudah menikah.
Ketiga, perempuan yang sudah bekerja sedang mengalami masa krisi percintaan. Kok bisa ? beberapa laki- laki berpikir takut untuk mendekati perempuan yang sudah bekerja. Membuat perempuan selalu tidak pernah berhasil untuk beberapa permasalahan tentang jodoh. Lebih parahnya munculnya kalimat “hanya dimanfaatkan saja” dengan pertimbangan sudah bekerja. Aku yakin itu lebih menyakitkan daripada apapun itu di dunia ini. Selalu terbayang- bayang. Apakah aku memilih laki-laki yang salah? Apakah masih bisa melihat mana laki-laki yang serius dan tidak? Hal semacam itulah yang akan selalu terpikirkan setiap dekat dengan siapapun. Semoga semua pemikiran itu segera berlalu.
Nggak terasa banyak banget sokasik kali ini, semua mengalir begitu saja. Semoga kalian yang sudah membaca ini bisa mengambilkan baiknya saja wkwk yang buruk jangan dibuang. Buruk itu masih bisa didaur ulang. Memberikan sedikit kesempatan untuk belajar menjadi lebih baik lagi. Kalau ternyata yang Us deskripsikan ini juga sedikit mewakili kalian, tenang tidak apa-apa. Kalian tidak sendiri, semoga hal baik segera datang pada kalian yang sudah berusaha untuk tetap kuat dan betahan sampai sekarang. Carilah laki- laki yang tidak pernah menunjukan kebaikan semu, pilihlah dia yang bisa baik kepada kamu seperti dia baik kepada keluarganya.
~ Us